Welcome Visit to Agadide Web

-

Home
-
-
-
-
-
-
-
8
-
-
11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

4000 Warga di PuncakJaya Lari ke Hutan
 
Elsham Juga Laporkan 1 Orang Tewas Tertembak

 
Situasi keamanan di Puncak Jaya, pasca pembunuhan seorang anggota Kopassus dan purnawiran TNI-AD, 8 Desember 2006, masih menimbulkan beragam versi. Bila pihak aparat mengatakan, situasi keamanan Puncak Jaya benar-benar sudah sangat kondusif, maka penilain sedikit berbeda dilaporkan pihak Elsham Papua.
 
 Elsham bahkan menilai sampai saat ini Puncak Jaya belum sepenuhnya kondusif. Akibat belum kondusifnya keamanan tersebut, saat ini ada sekitar 4000 orang lari ke hutan akibat adanya pengejaran aparat terhadap pelaku pembunuhan dua aparat tersebut.
 
Hal itu seperti diungkapkan Direktur Elsham Papua Aloysius Renwarin, SH kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (11/1) kemarin. "Rabu (10/1) pukul 10.00 WP, Elsham menerima laporan adanya satu orang tewas ditembak pada 5 Januari lalu, korban bernama Deptinus Murib, hingga saat ini belum diketahui apakah korban itu berasal dari TPN atau rakyat sipil," katanya.
 
Menurutnya, korban ditembak di kampung Kumipaga, Distrik Yamo 3 Km arah Utara Kota Mulia, Puncak Jaya. Sumber Elsham, lanjutnya, menyebutkan militer juga telah membumihanguskan sejumlah rumah-rumah warga Kampung Kumipaga."Operasi militer itu mengakibatkan sedikitnya 4000 orang mengungsi ke hutan-hutan.
 
Sementara itu aktivitas sosial dan pemerintahan masih lumpuh total dan situasai di Kota Puncak Jaya masih mencekam seperti kota mati," tandasnya.
 
Namun sampai saat ini, kata Renwarin, belum diketahui secara pasti laporan resmi jumlah korban di kalangan rakyat sipil yang terkena dampak operasi militer yang dimaksud, hingga saat ini jalur masuk keluar di sejumlah distrik menjadi yang menjadi target operasi pasukan gabungan sudah diblokir total oleh aparat.
 
Pendropan pasukan masih terus dilakukan dengan pesawat Hercules dari Jayapura ke Wamena dan dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui arah Ibele menuju puncak Jaya. Dari Timika dengan menggunakan Heli Kopter, hingga saat ini jumlah pasukan yang melakukan operasi di Puncak Jaya sudah mencapai ribuan personel," katanya.

Dikatakan, operasi mliter ini membuka kembali memori tentang berbagai rentetan konflik yang pernah terjadi di Puncak Jaya Agustus 2004. Dan pada akhirinya menimbulkan penderitaan, kerugian yang cukup besar dan berkepanjangan di kalangan warga sipil. Ditambahkan, terlepas dari berbagai kelompok kepentingan yang "bermain" menjelang Pilkada di Puncak Jaya dan belajar dari pengalaman lalu, maka untuk menghindari banyaknya korban, Elsham meminta semua komponen tidak menjadikan wilayah Puncak Jaya sebagai wilayah konflik yang membuat masyarakat sipil jadi korban.

Polda dan Kodam Bantah///

Sementara itu, Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Drs, Max Donald Aer dan Kanpendam XVII/Trikora, Letkol Inf Iman Santosa MA yang dikonfiramasi secara terpisah, dengan tegas membantah laporan larinya 4000 warga Puncak Jaya ke hutan. "Itu tidak benar.
 
Hasil pengecekan saya terakhir, Kapolres, Dandim, Bupati dan Tokoh Agama telah melakukan pengecekan melalui udara ke daerah sekitar Distrik Yamo, tetapi tidak ada tanda-tanda aktifitas atau gerakan massa yang melakukan pengungsian ke hutan. Jadi kabar 4000 warga yang mengungsi itu tidak benar," tandas Wakapolda.

Pihaknya menjelaskan, aparat kepolisian selama ini tidak pernah melakukan penyisiran. "Sebagaimana disampaikan oleh Kapolda, kita hanya melakukan upaya untuk lebih mengkondusifkan situasi di sana (Puncak Jaya). Sehingga dengan adanya upaya itu, sampai sekarang situasi sudah semakin kondusif dan tidak ada lagi gangguan Kamtibmas yang muncul maupun kegiatan penaikan bendera Bintang Kejora yang sebelumnya sering dilakukan," ujar Wakapolda.
 
Ditanya apakah ada korban jiwa di Puncak Jaya, pihaknya menegaskan, tidak ada korban jiwa akibat upaya untuk mengkodusifkan situasi itu. "Saya sudah cek ke Kapolres dan tidak ada laporan tentang korban jiwa," tuturnya. Wakapolda sendiri menyayangkan adanya kabar tentang 4000 warga yang eksodus itu, sebab menurutnya hal itu tidak dilandasi fakta yang sebenarnya.
 
"Percayalah ke Polri dan aparat keamanan lainnya, sebab yang dilakukan aparat di sana tujuannya untuk menciptakan situasi yang lebih kondusif, supaya proses pembangunan bisa berjalan," ajaknya.

Wakapolda mengaku tidak tahu, sebenarnya apa tujuan dari kelompok yang menyebarkan kabar itu. Yang jelas pihaknya berharap agar semua komponen yang ada untuk bersama-sama menciptakan situasi yang kondusif di wilayah Puncak Jaya. 'Masyarakat kami harapkan tetap tenang, jangan terpengaruh dengan isu yang sengaja disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, sebab itu sangat berbahaya dan cukup mengganggu.
 
Jadi sekali lagi, polisi tidak melakukan penyisiran di Puncak Jaya, karena kami menghendaki situasi semakin kondusif, terutama menghadapi Pilkada yang sudah semakin dekat," pungkasnya.
 
Bantahan yang sama juga diungkapkan Kapendam XVII/Trikora, Letkol Inf, Iman Santosa, MA. Dikatakan, dari hasil pengecekan ke sejumlah pihak berwenang seperti Kapolres Puncak Jaya, Bupati Puncak Jaya, serta Dandim Puncak Jaya, bahkan kepada Kadistrik Yamo, Kampung Kumipaga, ternyata tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa ada sekelompok warga Distrik Yamo, Kampung Kumipaga mmelarikan diri ke hutan.

" Bahkan saya sudah cross chek ke pihak gereja,terutama Ketua Klasis Gidi Distrik Yamo, tempat kejadian, ternyata jawaban dari sana, tidak ada warga yang lari ke hutan,"terangnya usai menghadiri acara tabur bunga di TMP Waena, dalam rangka Hut ke-56, penerangan TNI-AD, Jumat (12/1),kemarin Diakui, daerah Mulia saat ini dalam keadaan kondusif, bahkan masyarakat di sana sudah melakukan aktifitas seperti biasanya, sehingga sangat tidak mungkin ada warga yang dilaporkan lari ke hutan. " Bahkan infomasi yang saya terima dari Mulia, terutama di Distrik Yamo, kegiatan ekonomi serta aktifitas pemerintahan berjalan dengan baik,"terangnya.
 
Kapendan juga membantah laporan adanya penembakan serta penyisiran terhadap warga masyarakat, seperti yang dilaporkan Elsam Papua. " Saya juga sudah cros chek kepada Dandin Puncak Jaya, apakah ada warga yang tertembak, ternyata jawaban dari sana, tidak ada, sehingga informasi tertembaknya warga adalah tidak benar,"jelasnya.

Kapendam juga mengatakan, tidak benar jika ada mobilisasi prajurit TNI ke daerah Puncak Jaya, sebab saat ini jumlah pasukan organik di Puncak Jaya sudah cukup.

Kependam menyarankan kepada masyarakat di Puncak Jaya, agar berhati-hati terhadap segala bentuk isu yahg beredar di sana, yang sengaja dibuat oleh oknun-oknun tertentu dengan tujuan untuk mengacaukan Provinsi Papua.

" Masyarakat harus bisa menahan diri, dan bisa menilai informasi dengan bijaksana. Jangan muda terprovokasi dengan isu-isu yang menyesatkan, sebab pada akhirnya masyarakat sendiri yang akan rugi. Saya minta warga untuk dapat melaksanakan aktfitas seperti biasanya,"ajaknya.
 
Sementara itu terkait HUT Penerangan TNI-AD yang ke-56, Kapendam mengharapkan, agar para prajurit penerangan TNI-AD, dengan usia yang terbilang sudah sangat dewasa tersebut, para prajurit penerangan, dituntut untuk lebih profesional dalam melaksanan tugasnya, guna menopang tugas utama prajuriut TNI, dalam mempertahankan negara kesatuan repulik Indoenesia (NKRI), Suasana tabur bunga kemarin berjalan hikmat, dihadiri para prajurit penerangan Kodam XVII/Trikora. (m.degey)

Terimakasih Atas Kunjungan Anda! Amanai.....!!!!